Selasa, 29 November 2016

”MBAH MAN”, Sang Serdadu Buntung yang mengabdikan sisa hidupnya untuk Pondok Pesantren Burengan-Kediri.
Bpk Ngatemin dan istrinya, rekan Mbah Man.
Sosok "Mbah Man" begitu populer dan telah menjadi konsesus sekaligus identitas warga LDII. "Mbah Man" telah menjadi pengikat persaudaraan antara warga LDII sekalipun tidak saling kenal sebelumnya. Di manapun, di seluruh dunia!. Namun siapakah Mbah Man, yang namanya sangat melegenda itu?

Mbah Man, nama aslinya adalah Sukiman, kelahiran Magetan 1925. Sejak belia Sukiman telah mengabdikan diri kepada bangsa dan negara dengan menjadi pejuang gerilya, tentara rakyat sebelum akhirnya pada tahun 1957 mendapat musibah terkena ranjau ketika berdinas. Pada usia sangat muda Sukiman harus kehilangan kedua kakinya hingga lutut akibat ranjau darat yang menimpanya. Selepas pensiun dari dinas militer tahun 1961 Sukiman mengabdikan seluruh sisa hidupnya ke Sabilillah dan mendapat amal sholih memimpin dapur Pondok Burengan Kediri (Ponpes Wali Barokah-Kediri), yang hingga sekarang dikenal dengan dapur Mbah Man.
Seluruh mubaligh dan mubalighot lulusan Pondok Burengan pasti mengenal Mbah Man karena mbah Man-lah yang "memberi makan" mereka. Dapur adalah komponen vital dalam Pondok. Dapur adalah hidupnya Pondok Pesantren. Dengan kondisi cacat tubuh, Mbah Sukiman bersama tiga rekannya (Alm) H. Sabar, Bpk Ngatemin dan istrinya Ibu Warsiyem, dengan setia melayani dan menyediakan makan bagi ribuan santri dan puluhan tamu pondok.
Dengan segala keterbatasan dan kekurangan saat itu, mereka berempat harus berjuang menghidupkan tungku dapur mereka untuk terus menghidupi ribuan santri pondok. Saat ini tidak kurang dari delapan kwintal beras setiap hari dimasak di dapur Mbah Man dengan tungku raksasa, dalam tong menggunakan sekrop sebagai pengaduknya.

Pondok Pesantren "Wali Barokah" Kediri
Suatu pagi di bulan Agustus 1988, ribuan santri Pondok Burengan meneteskan air mata mengantar kepergian Mbah Sukiman menghadap Sang Maha Pencipta. Mbah Sukiman kini telah tiada, namun "Spirit Mbah Man" tidak ikut mati bahkan terus hidup berkobar menyala sampai hari ini.
Mbah Man adalah sosok manusia beriman, pekerja keras yang ulet dan sabar. Mbah Man juga simbol kejujuran yang andap asor namun pemberani. Kerjakanlah segala sesuatu secara "mbah man"-an, artinya kerjakanlah setiap pekerjaan dengan sungguh-sungguh, penuh kesabaran, secara jujur dan jangan pernah takut pada manusia karena hanya Allahlah yang pantas ditakuti.
Jiwa dan semangat Mbah Man inilah yang menurun pada ribuan santri Pondok LDII dan menjadi inspirasi bagi jutaan warga LDII di seluruh dunia. Perkembangan Lembaga Dakwah Islam Indonesia yang mencengangkan banyak orang saat ini, dengan para mubaligh dan mubalighot sebagai ujung tombak penyebaran ilmu Quran Hadits, tidak terlepas dari jasa amal sholih dan jiwa perjuangan yang diwariskan oleh 4 orang pahlawan dapur Pondok Burengan termasuk seorang serdadu buntung bernama "Mbah Man".
                                                                                                                                                                                                                      Sumber: ldiibali.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar