Berbicara masalah jodoh, butuh ob-servasi, diskusi dan perenungan yang panjang untuk
membicarakannya. Jodoh, sungguh tak ada satupun yang tahu kapan dan kemana ia
kan bermuara. Lagi-lagi Sang Pangeran yang mengatur arus kehidupan ini. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha.
Hanya bisa memposisikan diri sebagai diri yang baik agar mendapatkan yang baik,
sesuai dengan hukum aksi-reaksinya Pencipta.
Apakah pacaran merupakan satu-satunya jalan untuk mencari jodoh?
Namun sayangnya pacaran bukan jalan yang diridhoi. Karena dengan
pacaran, muda mudi selangkah lebih berani mendekati zina. Semakin jauh
melangkah lebih jauh pula ridho Allah. Kalau begitu, bagaimana usaha kita
bila pacaran tidak diperbolehkan? Perluaslah pergaulanmu dalam kebaikan,
membuka mata lebih bijaksana. Bila dalam lingkaran kebaikan itu dirasa ada yang
pas untukmu, segeralah katakan pada Maha Penyayang dalam sujudmu bahwa “Aku
ingin bersamamu karna Allah, mencintaimu karna agamamu, dan menyayangimu karna ahklakmu”.
Memantaskan diri adalah tindakan yang mutlak. Meningkatkan level
kebaikan dan kapasitas diri secara tidak langsung menaikkan level jodoh kita
kelak. Mengikuti alur cerita dari skenario kehidupan dari Sang Pencipta adalah
anugrah terindah, bisa nerima ing pandum, mensyukuri nikmat yang
diberikan, dan akhirnya impian yang telah tercatat rapi dalam hati akan
menjadi. Jika berani menentang dan tidak sesuai dengan peraturan yang
diberikanNya tak heran bila happy ending sulit di capai.
Semua butuh yang namanya persiapan, bagaimana
kita tahu siap atau tidaknya menikah? coba lihat ibu dan ayahmu, terkait cara
mereka membangun sebuah bahtera rumah tangga. Kalau dirasa kau telah siap
melakukannya seperti apa yang ibu dan ayahmu lakukan, maka boleh dikatakan 50%
telah siap. Bagaimana untuk menyempurnakan menjadi 100%? ingatlah bahwa ridho
Allah bersama ridho orang tua.
Sempurnalah ketika orang tua telah memberi restu anaknya untuk
menunaikan sunah Nabi untuk membangun bahtera rumah tangga dengan niat menjaga
diri dari gejolak hati dan hawa nafsu.
Sudah tidak tabu jika wanita mengawali pembicaraan mengenai
pernikahan. Dengan tetap menjaga kemuliaan seorang wanita dengan melalui
perantara keluarganya. Wanita yang sholihah adalah anugerah terindah yang
dimiliki suaminya kelak. Bukan masalah gengsi atau trendy, namun syar`i yang
menjadi penguat hati untuk selalu berhati-hati dalam bertindak.
Pengorbanan yang benar
dalam cinta bukan berkorban untuk maksiat, namun niat ihklas dengan menyerahkan seluruh kemampuan
menjaga kesucian diri dan orang yang dicintai. Bagaimana andai kita telah
berharap penuh bahwa dia jodoh kita, tapi takdir berkata lain? Dan terkadang
dengan cara yang tidak sesuai dengan perintah. Tak semua yang terlihat indah di
kaca mata manausia itu barokah di jalanNya. Sekali lagi, tiada yang tahu
kemana cinta kan bermuara. Tetap percaya Sang Pencipta memiliki skenario
kehidupan yang jauh dan jauh lebih nikmat, indah dan barokahlah yang
menjadi dambaan setiap insan. Jodoh jangan dijadikan beban pikiran yang akan
mempengaruhi pengabdian hidup denganNya. Perbaiki hati, tingkatkan kapasitas
diri, dan insyaAllah pasti belahan jiwa disana juga akan lebih baik dan selalu
terjaga dan siap untuk dinanti.
Menjadilah seorang yang Sholih atau Sholihah bila ingin memiliki
pasangan yang Sholih atau Sholihah !
Sebagian kaum lelaki berkata :
“Betapa sulitnya menemukan Wanita Sholehah di zaman sekarang.”
Sebagian kaum wanita juga berkata :
“Betapa susahnya mencari Lelaki Sholeh di masa sekarang.”
Mungkin pernyataan diatas ada benarnya juga walaupun tidak
sepenuhnya benar. Kenapa? Karena alangkah baiknya kalau pernyataan tersebut
kita tujukan untuk diri sendiri terlebih dahulu sebelum diucapkan kepada orang
lain.
“Sudah menjadi Lelaki baikkah diriku?,
Sudah menjadi Lelaki sholehkah diriku?”
“Sudah menjadi Wanita baikkah diriku?,
Sudah menjadi Wanita Sholehahkah diriku?”
Begitulah seharusnya kita bertanya. Kadang kita terlalu sibuk
untuk menilai orang lain sehingga kita lupa untuk menilai diri sendiri,
Kadang kita terlalu sibuk MENCARI sosok yang
baik,
Kadang kita terlalu sibuk MENCARI sosok yang
menurut kita Sholih atau Sholihah,
Sehingga kadang kita sendiri lupa untuk berusaha MENJADI sosok
yang Sholih atau Sholihah.
Muncul satu pertanyaan.
“Sudah
pantaskah kita berharap untuk bisa mendapatkan sosok yang Sholih atau Sholihah?”
Jawabannya berpulang pada diri kita masing-masing.
Janganlah
bermimpi memiliki isteri semulia Fatimah Azzahra bila kau tak sehebat Ali,
Janganlah
bermimpi memiliki suami semulia Muhammad Rosululloh SAW bila kau tak sehebat
Aisyah,
Jangan
terlalu bermimpi mendapatkan Wanita Sholihah kalau masih belum mampu menjadi
Lelaki Sholih,
Jangan
bermimpi mendapatkan Lelaki Sholih kalau belum mampu menjadi Wanita Sholihah.
Tak perlu bersusah payah untuk MENCARI yang
Sholih atau Sholihah. Tapi MENJADILAH Sholih atau Sholihah terlebih dahulu.
Karena Allah SWT telah menyiapkan pasangan yang sesuai dengan jati diri kita. Yang sesuai dengan kepribadian kita.
Yang sesuai dengan kadar keimanan dan ketakwaan kita.
Yang sesuai dengan potret kita sendiri.
Lelaki baik untuk wanita yang baik.
begitu juga sebaliknya. Itulah ketetapan Allah SWT yang sudah pasti
kebenarannya! Sebagaimana firman Allah :
الْخَبِيثَاتُ
لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ
لِلطَّيِّبَاتِ .....الأية
“Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang
tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik
pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita
yang baik....” ( QS. An-Nur ayat 26)
Masih mau
menunggu apa lagi?
Mari kita memulai dari diri sendiri dahulu
untuk menjadi lebih baik.
Sumber: www.ldii.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar